Sunday, March 18, 2007

Ulin Makao - Tradisi

Di tempat kelahirannya, tatacara latihan yang  bersifat tradisional masih tetap dilaksanakan. Misalnya setiap calon murid yang ingin belajar ilmu ini, terlebih dahulu harus menyerahkan hewan hidup, biasanya ayam, kepada calon gurunya. Ini merupakan simbol harapan agar jurus-jurus yang akan dipelajari oleh sang murid nantinya akan hirup jeung hurip, atau hidup dan berguna bagi kehidupan.

Waktu latihan biasanya dilakukan pada malam hari, selepas shalat isya. Tempatnya di rumah guru, biasanya didapur yang beralas tanah. Kalau murid yang berlatih banyak, tempat latihan kadang-kadang dipindah kelapangan dikebun bambu. Para murid tidak menggunakan atribut perguruan seperti seragam, sabuk atau badge, mereka menggunakan pakaian sehari-hari. Ada yang memakai pangsi, celana panjang, celana pendek, bahkan ada juga yang memakai sarung.

Awal latihan tidak didahului peregangan atau senam pernafasan seperti yang kita kenal, tetapi langsung saja pada materi pelajaran. Bahkan, secara santai, dikatakan murid aliran ini, pemanasannya cukup dengan makan.

Seperti latihan beladiri tradisional umumnya, Ulin Makao juga tidak mengenal istilah level atau tingkatan murid. Kecuali beberapa tahapan latihan yang harus dilewati murid. Dan bisa saja dianggap sebagai tingkatan.

Tradisi lainnya, setiap selesai satu tahap latihan, diadakan upacara ngabubur atau buburan, yaitu semacam upacara dengan menghidangkan bubur ayam. Sebelumnya didahului dengan pembacaan Wawacan Layang Syeh dan diakhiri dengan doa keselamatan yang dipimpin oleh guru atau ajengan setempat. Penggunaan bubur disini juga mengandung simbol. Bubur mengandung falsafah lemes (halus, lembut) maksudnya agar gerakan dan rasa murid menjadi halus dan sensitif. Disisi lain perilaku kesehariannya juga harus lemah lembut.

No comments: